Tumbuhan lumut (selanjutnya disebut lumut saja) dapat
dijumpai di berbagia tempat, mulai dari daerah Kutub Utara (Arktika) melintasi
daerah tropis hingga ke daerah Kutub Selatan. Meskipun lumut menyukai tempat
yang lembap, tumbuhan tersebut dapat juga hidup di daerah gurun, lumpur, dan
sungai. Lumut sering kali di temukan membentuk lantai dasar hutan atau menempel
pada pohon. Bahkan lumut dapat juga ditemukan menempel pada tembok, sumur, dan
permukaan batu bata disekitar lingkungan kita.1.
Ciri dan
Struktur Lumut
Pada umumnya, lumut berukuran kecil dengan tinggi
kurang dari 2 cm, meskipun ada juga yang tingginya mencapai setengah meter.
Ukuran tubuh demikian ada kaitannya dengan ketiadaan jaringan pengangkut yang
efisien pada lumut. Lumut tudak memiliki system pembuluh khusus untuk
mengangkut air dan mineral organic. Proses pendistribusian air berjalan lambat,
yaitu secara difusi.
Lumut tidak memiliki akar, batang, dan daun yang
sebenarnya. Hanya saja tumbuhan tersebut memiliki struktur yang menyerupai
akar, batang, dan daun. Sebagai pengganti akar, lumut memiliki rizoid.
Struktur rizoid menyerupai bulu-bulu akar. Melalui rizoid inilah lumut menempel
pada substrat dan menyerap air serta mineral dari dalam tanah.
Reproduksi
Lumut
Lumut dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual (vegetatif) dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
melalui pembentukan tunas (gemma), penyebaran spora, dan fragmentasi.
Reproduksi seksual (generatif) dilakukan denagn cara
peleburan antara sel gamet jantan (spermatozoid) dan gamet betina (ovum).
Spermatozoid dihasilkan oleh alat kelamin jantan (anteridium), sedangkan
ovum dihasilkan oleh alat kelamin betina (arkegonium).
Berdasarkan letak anteridium dan arkegonium, lumut
dapat dibedakan atas dua kelompok berikut.
- Lumut homotalus, merupakan kelompok lumut yang memiliki anteridium dan arkegonium pada satu tubuh (talus). Lumut demikian disebut juga lumut berumah satu.
- Lumut heterotalus, merupakan kelompok lumut yang masing-masing talusnya memiliki anteridium dan arkegonium saja. Lumut demikian disebut juga lumut berumah dua.
Daur Hidup
Lumut
Pada umumnya, tumbuhan lumut mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis) dalam hidupnya, yaitu antara fase vegetatif dan
fase generatif. Fase vegetative dikenal sebagai generasi sporofit, yaitu
fase yang menghasilkan spora. Sebaliknya, fase generative disebut sebagai generasi
gametofit, yaitu fase yang menghasilkan sel kelamin (gamet).
Pada generasi gametifit terbentuk gamet jamtan dan
gamet betina. Jika terjadi pembuahan dari kedua macam gamet tersebut, maka akan
terbentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi sporofit. Selanjutnya, sporofit
melalui sporogonium akan menghasilkan spora. Spora yang jatuh pada tempat
yang sesuai akan tumbuh membentuk protonema kemudian berkembang menjadi
lumut dewasa.
Klasifikasi
Lumut
Berdasarkan morfologi dan sifat hidup lainnya, lumut
dikelompokkan atas lumut hati, lumut tanduk, dan lumut sejati (lumut daun).
Masing-masing kelompok tersebut menempati tingkatan takson yang sama.
Akan tetapi, penempatannya dalam siste taksonomi mengalami perkembangan.
Sebagian ahli taksonomi botani menempatkan
masing-masing kelompok lumut pada tingkatan takson kelas, yaitu kelas
Hepaticopsida (lumut sejati), kelas Anthoceropsida (lumut tanduk), dan kelas
Briofita atau Bryopsida (lumut sejati).
- Briofita (lumut sejati / lumut
daun)
Briofita merupakan lumut yang paling banyak dikenal. Hamparan lumut sering terdapat di tempat – tempat yang lembap. Siklus hidup briofita mengalami pergantian antara generasi haploid dan diploid. Sporofit pada umumnya kecil, berumur pendek dan tergantung pada gametofit. Contoh lumut sejati (Briofita) : a. Pegonatum cirrhatum, batangnya kebanyakan bercabang, daunnya besar di bagian atas. Tudung spora terdapat pada pucuk tumbuhan, tertutup oleh calyptra berbulu tembik.
b. Aerobryapsis longgissima, terdapat berangkai pada kulit atau daun tumbuhan. Tudung spora terletak pada cabang – cabangnya, bertangkai pendek dan calyptra berbulu. Banyak terdapat di hutan – hutan dan pegunungan, panjangnya mencapai 50 meter.
c. Mniodendrom divarikatum, lumut besar, tumbuh di atas tanah atau pada batang pohon di atas tanah.
d. Sphagnum (lumut gambut) hidup di pohon – pohon. - Hepatofita (lumut hati)
Disebut lumut hati, karena bentuknya menyerupai hati. Tempat tumbuhnya pada tanah – tanah yang cukup basah. Lumut hati ada 2 macam yaitu lumut hati jantan dan betina, masing – masing menghasilkan anteridium dan arkegonium. Dari anteridium ke luar sel kelamin jantan sedangkan dalam arkegonium terdapat sel telur.
Pembuahan berlangsung dengan bantuan air. Oleh karena itu tempat basah dan sedikit berair merupakan suatu tempat yang baik untuk tumbuhnya. Air hujan atau percikan air membantu penyerbukan. Seperti halnya lumut daun, pada lumut hatipun terdapat pergiliran turunan. Di dalam sporangia terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut elatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka, sehingga membantu memencarkan spora.
Lumut hati juga dapat melakukan reproduksi aseksual dengan seberkas sel yang disebut mangkok di permukaan gametofit. Contoh hepatofita adalah Marchantia polymorpha dan Porella. - Anthocerofita (lumut tanduk)
Anthocerofita sering disebut lumut tanduk. Gametofitnya mirip dengan lumut hati, perbedaannya terletak pada sporofitnya. Sporofit lumut tanduk mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit. Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros laevis (lumut tanduk).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar